Saturday 16 June 2012

KEPRIBADIAN ISLAM



Bila kita cermati terdapat dua fenomena yang secsra fisik nampak pada diri manusia.  Pertama, adalah fenomena performance (penampilan fisik) manusia, seperti bentuk tubuh, wajah dan pakaian.  Kedua adalah fenomena yang berupa perbuatan manusia.  Dari dua fenomena tersebut, orang kadang salah menilai tentang kepribadian seseorang.  Banyak yang beranggapan bahwa performance adalah bentuk dari kepribadian seseorang, yaitu bagaimana postur tubuhnya, cara berjalan, cara berpakaian, pilihan konsumsi makanan dan minuman, status social dsb.  Anggapan ini tidak terlepas dari pengaruh nilai-nilai barat tentang konsep kepribadian.
Lambat laun nilai-nilai tersebut semakin mempengaruhi persepsi kaum muslimin dalam memandang kemuliaan dan kerendahan nilai kepribadian pada diri seseorang maupun masyarakat.  Seseorang yang berpakaian ala barat, santun dalam berkata, rapi, disiplin, pemaaf, tepat waktu, dikatakan berkepribadian baik, menarik dan mulia.  Meskipun ia biasa mengkonsumsi minuman keras, hidup tanpa ikatan pernikahan, memakan uang riba, dll.  Contoh-contoh lain dapat dengan mudah kita temukan di tengah-tengah masyarakat.  Persepsi ini diperparah dengan menjamurnya sekolah-sekolah kepribadian yang mengajarkan kepribadian baik dan mulia sesuai nilai baik dan mulia standar barat.

Hakikat Kepribadian
Bila kita cermati realita di atas, tentu hal tersebut merupakan persepsi yang keliru.  Sebab yang menentukan tinggi rendahnya kepribadian seseorang bukan dari nilai-nilai fisik seseorang (cantik/tidak, kaya/miskin dsb) ataupun dari asal daerah dan sukunya (jawa, batak, sunda dll) Sebagaimana sabda Rasullulah SAW : “Sesungguhnya Allah tidak menilai atas rupamu serta harta kekayaanmu, akan tetapi dia hanya menilai hati dan amal perbuatanmu(HR. Muslim dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah)
Kepribadian sebenarnya perwujudan dari pola pikir (yakni bagaimana ia bersikap dan berfikir) dan pola tingkah laku (bagaimana ia bertingkah laku) dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pola pikir seseorang ditunjukkan dengan sikap, pandangan atau pemikiran yang ada pada dirinya dalam menyikapi atau menanggapi berbagai pandangan dan pemikiran tertentu.  Pola pikir pada diri seseorang tentu sangat ditentukan oleh ‘nilai paling dasar’ atau ideologi yang diyakininya.  Dari pola pikir inilah diketahui bagaimana sikap, pandangan atau pemikiran yang dimiliki oleh seseorang.
Sedangkan pola tingkah laku, adalah perbuatan-perbuatan nyata yang dilakukan seseorang dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Pola tingkah laku pada diri seseorang pun sangat ditentukan oleh ‘nilai paling dasar’ atau ideologi yang diyakininya.  Seseorang akan makan dan minum apa saja dalam memenuhi kebutuhan jasmaninya bila ideologi yang diyakininya membolehkan hal tersebut.  Seseorang akan memenuhi naluri seksualnya dengan cara apa saja bila ideologi yang diyakininya membolehkan hal tersebut.  Begitu juga sebaliknya bila ideologi yang diyakininya melarangnya.
Walhasil, pola sikap dan pola tingkah laku inilah yang menentukan corak kepribadian seseorang.  Dan karena pola sikap dan pola tingkah laku ini sangat ditentukan oleh nilai dasar/ideology yang diyakininya, maka corak kepribadian seseorang sangat bergantung pada ideology/aqidah yang dianutnya.  Ideologi kapitalisme akan membentuk masyarakat berkepribadian kapitalisme-liberal. Ideologi sosialisme akan membentuk kepribadian sosialis/komunis.  Sedangkan ideology Islam seharusnya menjadikan kaum muslimin yang memeluk dan meyakininya memiliki kepribadian Islam.
Kepribadian Islam (Syaksiah Islamiyah)
Merujuk pada penjelasan di atas, maka pada hakekatnya kepribadian Islam merupakan perwujudan pola pikir islami (Aqliyah Islamiyah)  dan pola tingkah laku islami ( Nafsiyah Islamiyah).  Aqliyah Islamiyah hanya akan terbentuk dan menjadi kuat pada diri seseorang bila ia memiliki keyakinan yang benar dan kokoh terhadap Aqidah Islamiyah dan ia memiliki ilmu-ilmu keislaman yang cukup untuk bersikap terhadap berbagai ide, pandangan, konsep dan pemikiran yang ada di masyarakat yang rusak, kemudian pandangan dan konsep tersebut distandarisasi dengan ilmu dan nilai-nilai islami.  Untuk memperoleh Aqliyah islamiyah yang kuat, hanya bias diraih dengan cara menambah khasanah ilmu-ilmu islam (tsaqofah islamiyah), sebagaimana dorongan islam bagi umatnya untuk terus menerus menuntut ilmu kapanpun dan dimanapun.  Allah SWT mengajarkan kepada kita : Katakanlah “Ya Tuhanku tambahkanlah ilmu kepadaku(QS. Thaha : 114)

Sedangkan Nafsiyah Islamiyah hanya akan terbentuk dan kuat bila seseorang menjadikan aturan-aturan islam sebagai cara memenuhi kebutuhan biologisnya (makan, minum, berpakaian dll) Nafsiyah islamiyah dapat ditingkatkan dengan selalu melatih diri untuk berbuat taat, terikat dengan aturan islam dalam segala hal dan melaksanakan amalan-amalan ibadah , baik yang wajib maupun yang sunah serta membiasakan diri untuk meninggalkan yang makruh dan subhat apalagi haram.  Islampun mengajarkan agar kita senantiasa berahlak mulia, bersikap wara’ dan qanaah agar mampu menghilangkan kecenderungan yang buruk dan bertentangan dengan islam.
Dalam sebuah hadis qudsi Allah SWT berfirman : “ …dan tidaklah bertaqarrub atau beramal seorang hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai seperti bila ia melakukan amalan fardu yang aku perintahkan atasnya, kemudian hamba-Ku senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga aku mencintainya(HR Bukhari dari Abu Hurairah)
Dengan cara inilah Syakhsiyah Islamiyah seseorang akan semakin meningkat terus, pemikiran islamnya semakin cemerlang, jiwa islamnya semakin mantab dan istiqomah serta menjadi orang yang semakin dekat dengan Allah dan dimuliakan oleh Allah.
Sumber
http://voiceofmuslimahbekasi.wordpress.com/2009/05/15/kepribadian-islam-syaksiyah-islamiyah/

No comments:

Post a Comment